Sunday, October 23, 2011

Broken Note | Terminal Static [ a review ]



A dubstep but it fade to the dark. Dengan tempo yang lebih lambat daripada breakcore ala Venetian Snare yang cepat dengan jungle beat-nya, Broken Note hadir lewat album Terminal Static. Beranggotakan Tommy dan Eddie yang tak lain adalah DJ dan produser musik, proyek Drum n Bass asal London UK ini menunjukkan eksistensinya.

Luar biasa, itu kesan saya ketika mendengarkan album ini untuk pertama kalinya. Coba bayangkan dubstep dengan atmosfer yang sangat kelam dan cenderung brutal dengan sound bass kental yang sanggup merobek kuping ditambah dengan sedikit sentuhan musik khas rastafarian. Bukan hanya itu tetapi Terminal Static menjelma menjadi satu dominasi drum n bass tanpa menjadi takut kotor dengan segala kebrutalan yang ada.

Terminal Static adalah monster futuristik yang siap meluluh lantakan siapa saja yang dilewatinya. Dibuka lewat track Mortal Bass yang sarat drop down bass yang kental, kasar dan lambat serta kolaborasi dengan musik rastafarian, Broken Note mencoba mengenalkan musiknya kepada pendengar awam akan dubstep yg menjelma menjadi darkstep. Efek haunting nan gelap dilanjutkan di track Let'Em Hang yg ditambah sedikit patahan breakbeat dengan monolog vokal membuat sang monster menunjukan kekuatannya. Mask of Glass hadir lebih santai tetapi tetap dengan drop down bass yang menghantui siapa saja yang mendengarkannya.

Akhirnya sang monster sudah sampai di medan peperangan, Meltdown membuktikannya. Drop down bass yang kental serta loop bass drum menjadikan suara machine gun mendominasi serta jungle beat yang beradu padu siap menghancurkan siapa saja yang berada di depan sang monster. War In The Making sudah mencapai titik brutal, filthstep dan grime bass yang bisa merobek robek telinga namun tetap bisa diajak untuk berdamai. EPIC !

Zealot begitu istimewa, track ini begitu menghantui saya dan sampai membuat saya merinding. Sangat kelam dan gelap. Disinilah adrenalin saya mulai naik sampai titik maksimal yang kemudian dilanjutkan dengan Pyrotek, dan disinilah pesta breakcore dimulai. And it's time to trance in the warfield. Setelah semua itu berlalu, pemusnahan secara perlahan-lahan di mulai dari Dubversion. Elemen minimalis breakcore sangat menarik di sini, yang kemudian dilanjutkan ke Crux dengan atmosfer yang sangat kelam. Selanjutnya adalah Tokyo Dub. Dan ini sangat unik karena adalah versi remix oleh Broken Note dari band psytrance Juno Reactor (saya jadi ingat sama Final Fantasy VII jika mendengar nama Juno Reactor).

Final konfrotasi dimulai setelah sang Monster dengan code Terminal Static menemui Final Boss di area terakhir. Nuansa epic begitu terasa di permulaan pertarungan akbar yang dikenal dengan nama "The Fury" yang pernah dicatat dalam sejarah. Disinilah totalitas dari musik Broken Note nampak dengan dentuman breakcore yang begitu indah membuat pertarungan ini menjadi satu pertempuran epic. Sungguh LUAR BIASA !

Sebenarnya Broken Note sudah selesai sampai disini, tetapi mereka memberikan dua encore. Yang pertama adalah remix Dubversion oleh Hecq dan remix Crux oleh I Am The Sun. Keduanya sungguh track yang sangat menarik dengan cita rasa yang berbeda namun tetap sama.

Wew ... saya tidak bisa berkata lebih banyak mengenai album Terminal Static ini, speechless saya mendengarkan album ini. Ini adalah satu bentuk masterpiece, ketika dubstep yang awalnya sudah kelam namun menjadi lebih kelam serta mengerikan ketika dipoles oleh Broken Note, mungkin kalau bisa dikata ini adalah darkstep dengan banyak unsur filth dan breakcore. Pencapaian yang luar biasa untuk mereka yang bermain di genre drum n bass, khususnya dubstep dan breakcore. AWESOME !

Artist
Broken Note

Album
Terminal Static

Rilis
2009

Genre
Dubstep, Breakcore, Drum n Bass

Rating

Artificial Melodrama | Cut&Paste [ a review ]



Berbicara album Cut&Paste dari Artificial Melodrama, pasti membicarakan sesuatu yang renyah, ringan, bisa melayang namun ada kalanya ngawur dan tidak konsisten. Artificial Melodrama yang kalau bisa diartikan adalah drama yang mengharu biru akan tetapi bukanlah sebuah realita tetapi adalah rekayasa, dan yang harus disalahkan atas ini adalah seorang yang bernama Alu yang mengerjakan proyek ini seorang diri.

Cut&Paste kalau saya bisa bilang tidak konsisten dengan apa yang diusungnya, awalnya saya berharap adalah sebuah ambient indah yang menarik untuk didengarkan di malam hari. Itu terbukti setelah saya cukup nyaman dengan track pembuka yaitu glance at the window, look! it's raining yang bisa dikatakan sebagai The American Dollar atau The Album Leaf asal Indonesia, indah dan menarik sekali.

Namun ketika sudah beranjak ke track winter in room 203, terjadi perbedaan genre yaitu elektronik meskipun itu juga santai. Tetapi sedikit saya merasa terganggu dengan suara raungan gitar yang menurut saya masih terlalu kasar distorsinya pada pertengahan track, tetapi secara komposisi sudah menarik. Ketidak konsistenan dimulai lagi pada track ketiga yaitu suddenly, on astral highway yang cukup bernuansa psychedelic.

Album ini memang tidak konsisten, setelah cukup disiksa di track sebelumnya tetapi saya cukup dihibur di track humming on the flower fields yang kembali lagi ke ambient dengan influent yang sangat besar dari Sigur Ros maupun The Album Leaf yang cukup indah dan mendayu.

Summer's scent of our youth cukup renyah sebagai track yang bisa dilabeli dengan nama post-rock, apalagi dengan sampling monolog dua orang gadis dengan berhasa jepang di pertengahan lagu. Menjadikan track ini sebagai oase diantara ketidak konsistenan album Cut&Paste. Terjuktaposisi melanjutkan apa yang sudah dilakukan track pendahulunya, dan ini adalah satu bentuk konsistensi awal di dalam album ini.

Sore itu angin tak berhembus sebagai track penutup, kembali mengusung genre ambient dan itu melanjutkan ketidak konsistenan album ini. Saya akhirnya menjadi bingung, mau dibawa kemana arah album ini. Karena terlalu banyak yang ditawarkan dan ada beberapa yang bertolak belakang dengan yang ada sebelumnya. Dan mungkin itu yang dimaksud oleh Cut&Paste, potong dan tempel. Potong genre ini, tempel saja genre baru ini. Setelah itu potong lagi genre yang tadi sudah di tempel, lalu tempelkan lagi dengan yang baru.

Akhir kata, konsep ketidak konsistenan itu yang bisa ditawarkan oleh Artificial Melodrama lewat judul albumnya Cut&Paste. Potong yang lama dan tempel yang baru sehingga terciptalah ketidak konsitenan itu.

Artist
Artifical Melodrama

Album
Cut&Paste

Rilis
2010

Genre
Ambient, Electronic, Post-Rock

Rating

KARA | Winter Magic [ a review ]



Jauh sebelum mengenal girl group asal Korea Selatan yang melebarkan sayapnya ke negeri Jepang yang memang asal usul Girl Group Asia Timur yang kemudian ditiru sama Korea Selatan, satu dekade yang lalu ada seorang penyanyi asal Korea Selatan yang saat itu menjadi favorit saya yaitu Kwon Boa yang juga melebarkan sayapnya di negeri J-Pop tersebut dan sukses. Namun saya tidak berbicara mengenai dia, namun kepada KARA. Girl Group asal korea selatan yang beranggotakan Park Gyuri, Han Seungyeon, Jung Nicole, Kang Jiyoung dan Goo Hara juga melebarkan sayapnya ke negeri seberang agar bisa masuk industri musik terkuat di kawasan Asia. Winter Magic adalah salah satu single mereka yang berbahasa Jepang yang digunakan untuk menancapkan eksistensi mereka di pusat industri musik Asia.

Single Winter Magic menurut saya cukup catchy dan dipadu dengan irama yang riang gembira, ada satu instrumen yang mengingatkan saya bahwa musim dingin akan datang dan hari Natal akan tiba. Namun sayang, kelebihan utama dari industri K-Pop terutama Girl Group terletak pada Video Klip mereka yang sangat atraktif dengan dansa. Namun tanpa itu dan hanya berbicara mengenai musik, maka Winter Magic sama saja seperti musik K-Pop or J-Pop yang catchy nan riang gembira di telinga saya namun tanpa ada sesuatu yang lebih.

Telinga saya berharap bahwa vokal girl/boy group adalah sekumpulan penyanyi yang bisa bernyanyi secara berkelompok yang bisa menciptakan harmonisasi suara berdasarkan karakter suaranya masing masing, atau setidaknya berimprovisasi vokal dan itu tidak saya temukan dalam Winter Magic. Namun ada yang sedikit membuat saya kagum ketika track Whisper disenandungkan, cukup kagum juga dengan sedikit harmonisasi suara yang ada disana namun tidak terlalu mencolok.

Overall, sebenarnya ingin mendengarkan lebih akan potensi KARA di dalam satu album. Tetapi dari 2 single plus 2 instrumental buat karaoke, tidak ada sesuatu yang special di dalam musik dan lagunya.

Artist
KARA

Single
Winter Magic

Rilis
2011

Genre
J-Pop

Rating

Spider and The Flies | Something Clockwork This Way Comes [ a review ]



WTF .... hahahaa, annoying dan weird abis. Benar-benar aneh sekaligus lucu ketika mendengar bunyi-bunyian yang diciptakan oleh Spider And The Flies lewat extended play mereka yaitu Something Clockwork This Way Comes yang rilis di tahun 2009. Ada kalanya musik ini mengingatkan saya akan soundtrack atau scoring film kult horror maupun sci-fi berbudget rendah di era tahun 50'an, namun lebih kental nuansa yang ganjil. Yeah, Spider and The Flies adalah proyek sampingan dari Rhys Webb dan Tom Cowan yang tidak lain adalah personel dari band The Horrors. Sebuah proyekan experimental yang benar-benar "aneh" dalam arti sebenarnya.

Mendengarkan musik ini, saya jadi membayangkan manusia berkepala laba-laba dan manusia berkepala lalat sedang bertarung dengan setting film horror kult klasik berbudget rendah yang penuh dengan spesial efek tembakan laser. Mungkin lebih jelasnya begini, ada UFO datang ke bumi membawa alien berkepala laba-laba dan seorang lagi berkepala lalat turun memakai sinar dari UFO itu sampai turun ketanah lantas berdansa dengan gaya yang aneh dan absurd sambil menembak kesana kemari tak tentu arah lewat pistol lasernya. Aneh, tapi itulah bayangan yang saya dapat ketika mendengarkan musik Spider And The Flies. Experimental dengan permainan noise ala elektronika disuarakan dengan nada nada ganjil dan aneh membuat band ini benar2 unik di telinga saya.

Membicarakan musiknya Something Clockwork This Way Comes dibuka melalui Million Volt Light sangat kental nuansa ambient yang dipadu suara elektronika yang ganjil namun mampu menggambarkan imajinasi seperti yang saya tulis sebelumnya. Track Jungle Planet lebih nge-beat plus penambahan suara2 noise yang sangat annoying. Space Walking sangat monoton dan tidak menarik menurut saya tetapi track selanjutnya yaitu Metallurge cukup menarik. Ini saatnya saya diajak berdansa dengan gerakan yang sangat aneh, konyol nan absurd seperti yang dilakukan kedua alien tersebut yg sudah turun dari UFO dengan gerakan dansa yang sangat aneh dan gak wajar, mungkin bisa dikatakan autis.

Desmond Leslie benar2 pure noise namun tidak se harsh Merzbow atau proyekan noise yang bisa bikin telinga berdarah. Noise yang ada lebih kalem dengan permainan elektronika yang sangat dominan dan annoying kelas berat. Setelah cukup disiksa oleh Desmond Leslie, kedua alien ini mulai berdansa aneh lewat Teslabeat. Mungkin karena efek petir Tesla, kedua alien era 50'an terlempar ke masa depan dan jatuh di masa kini di sebuah klub disko bernama Autochrome yang sedang memainkan dentuman musik techno. Tidak bisa tinggal diam, mereka kemudian berdansa kembali dengan cara yang aneh sampai klub disko itu tutup.

Unik dan aneh, itulah gambaran yang bisa saya berikan akan musik dari Spider And The Flies. Keunikan itu yang membuat band ini menjadi spesial di telinga gw, meski akhirnya tidak mencapai eargasm tetapi Something Clockwork This Way Comes menjadi sesuatu yang sangat baru di telinga saya. Mungkin album ini tidak cocok untuk semua orang, tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba memasuki dan mendalami dunia aneh karya Rhys Webb dan Tom Cowan lewat proyek musiknya yang bernama Spider And The Flies.

Artist
Spider And The Flies

Album
Something Clockwork This Way Comes

Rilis
2009

Genre
Experimental, Electronic, Noise

Rating

David Guetta | Nothing But the Beat [ a review ]




Fuck Me, I'm Famous
Yeah ... Fuck Me, I'm Famous
Sure ... Fuck Me, I'm Famous


Itulah salah satu quote yang terkenal dari seorang DJ asal prancis yaitu David Guetta. Berangkat dari club house fundamental, DJ yg menjadi salah satu pionir musik French House selain ini menunjukan eksistensinya. Dengan bermain di area French House yang menjadi ciri khasnya, Guetta menjadi salah satu DJ terbaik di bidang ini selain Daft Punk yg juga berasal dari sana. Apalagi setelah sering memanaskan lantai dansa di Ibiza, Guetta mulai dikenal secara International.

Invasi International Guetta dimulai dari album One Love yang rilis tahun 2010 dengan berkolaborasi dengan musisi papan atas dunia. Namun saya tidak menceritakan album tersebut, tetapi lebih ke album terbarunya yaitu "Nothing But The Beat". Disini musik Guetta mulai menyatu dengan musik Hip Hop yang menjadi pasar dunia saat ini meski masih ada ciri khas House ala dia.

Tetapi saya sempat kecewa dengan album ini, meski secara umum album ini sangatlah bagus. Kekecewaan saya yaitu ketika mendengarkan Disc pertama dari album ini. Musik Guetta yang saya kenal dengan French Housenya, sudah berubah sama sekali. Saya sendiri hampir tidak mengenali karakter musik French House Guetta. Meskipun begitu, disc pertama ini sanggup memanaskan suasana dengan mengajak badan ikut bergoyang. Well, meskipun begitu Disc pertama album ini tidak mampu mengajak saya menaikan adrenalin sampai tingkat tertinggi.

Dua Belas Track di Disc pertama menurut saya sangat biasa, seperti kebanyakan musik elektronik House dengan bumbu Hip hop yang lain. Meski dengan lirik2 dan nada yang cathcy, tidak bisa membuat saya lebih mengenal musik Guetta. Akhirnya yg saya tahu hanyalah artis semacam Taio Cruz, Niki Minaj, Ludacris, Will.I.Am, Snoop Dog, dsb ... dalam satu wadah album kompilasi dengan genre Hip Hop House. Saya lupa bahwa ini adalah album terbaru dari David Guetta.

Namun, sungguh saya sangat terkejut dengan Disc kedua dari album ini. Dibuka dengan track The Alphabeat akhirnya saya mengetahui bahwa inilah musik yang menjadi ciri khas David Guetta yang saya kenal. Adrenalin saya mulai naik ketika mendengarkan track kedua yaitu Lunar kemudian dilanjutkan dengan Sunshine. Tidak mampu untuk berdiam diri, badan pun ikut bergoyang mengikuti irama musik dan headbanging ala musik berkelas French House pun terjadi. Track kemudian dilanjutkan ke Little Bad Girl yg mampu mengajak saya menuju tingkat adrenalin tertinggi. Metro Music yang hadir selanjutnya dan dipadu dengan permainan synth yang kental dengan dentuman bass drum ala House membuat saya tidak berhenti untuk menikmati ini. Disinilah saya merasa merinding mendengarkan musiknya sampai ke puncak eargasm. Saya kembali terkejut ketika mendengarkan track selanjutnya yaitu Toy Story, dibuka dengan musik chiptune 8bit dgn komposisi musik yang apik membuat track ini menjadi salah satu track favorit saya di album terbaru Guetta. EPIC !

Setelah Toy Story, David Guetta mengajak saya tour ke The Future yang kemudian dilanjutkan ke Dreams yang mampu mengajak saya menuju ke House fundamental. Setelah itu langsung mengajak saya turut serta ke Paris untuk berdansa di salah satu club house disana. Yeah, this is good. This is the real House. Akhirnya Guetta mengajak saya terbang ke salah satu klub di Glasgow sebagai tempat terakhir untuk menikmati permainan musiknya, inilah klimaks sesungguhnya. Puncak adrenalin tertinggi dapat saya dapatkan di track ini, track pamungkas dari Nothing But The Beat. Hasilnya, telinga saya mengalami eargasm beserta badan dan kepala yang tidak berhenti bergoyang. Dan ketika sudah selesai dengan cara yang tidak mengenakan, saya hanya tinggal mengulanginya kembali karena Guetta tidak menyediakan encore.

Well, Nothing But The Beat adalah album yang bagus. Disc kedua adalah disc yang sanggup menyelamatkan penilaian saya terhadap musik David Guetta seperti yang saya kenal sebelumnya. Tidak seperti Disc pertama yang menurut saya hampir seperti album kompilasi music Hip Hop House, meskipun itu tidak buruk bahkan bagus dan ear catchy.

Jika anda menyukai musik yang ada di pasaran saat ini, disc pertama adalah harta karun yang tidak ternilai. Dan jika anda menyukai musik yang dipakai di lantai dansa serta mampu mengajak anda menuju tingkat adrenalin tertinggi bahkan bisa sampai eargasm, disc kedua ini adalah harta karun dari David Guetta. Nice Album !

Artist
David Guetta

Album
Nothing But the Beat

Rilis
2011

Genre
House, Dance, Electronic

Rating

Saturday, October 22, 2011

Arrington de Dionyso - Malaikat dan Singa | review album


Mendengar nama Arrington De Dionyso, saya jadi ingat ketika setahun yang lalu ada teman di kaskus menawarkan album ini untuk saya coba dengarkan. Karena album Malaikat dan Singa adalah album berbahasa Indonesia yang dinyanyikan oleh orang asing. Saya lupa mengapa saya melewatkan album "Malaikat dan Singa" yang sempat menjadi pembicaraan saat itu. Namun baru beberapa hari ini saya mencoba dan mendengarkan apa itu yang dinamakan Malaikat dan Singa.

Sebuah album experimental dengan unsur free-jazz dan avant-garde yg cukup kental. Dan terlebih lagi album Malaikat dan Singa adalah album berbahasa Indonesia yang dinyanyikan oleh seorang non-pribumi kelahiran Washington Amerika Serikat yang sangat menyukai hal berbau INDONESIA. Namun sangat disayangkan, saya melewatkan konser dia di Jakarta Noise Fest beberapa waktu yang lalu karena terlambat datang sehari.

Well, sebelum membahas lebih dalam review album Malaikat dan Singa. Album ini setelah saya dengarkan pertama kali sangat segmented dan bukan ditujukan untuk khalayak umum yang terbiasa mendengarkan musik dan lagu yang mudah dicerna oleh telinga. Namun jika telinga sudah terbiasa dengan musik "out of the box" dan terbiasa dengan surealisme apa yang dinamakan avant-garde maka album yang penuh dengan cita rasa seni ini memang untuk anda.

Malaikat dan Singa dibuka dengan satu track yang berjudul "Kedalaman Air", saya cukup terkejut mendengarnya ketika Arrington menyanyikan lagu ini yang sangat fasih sekali bahasa Indonesia yang diucapkan. Track ini mampu membuat kepala dan badan ikut bergoyang mengikuti irama beat yang cukup kental disini. Meskipun sangat monoton tetapi track bernuansa rock n roll klasik yg berkolaborasi dengan free-jazz ini cukup epic sebagai pembuka album ini. "Mani Malaikat" sebagai track selanjutnya mulai menampakan jati diri dari musik Arrington de Dionyso yaitu Avant-Garde, dibuka dengan beat musik yang membuat kepala bergoyang dengan lirik yang cukup absurd namun bertransformasi di tengah-tengah menjadi free improvisation dengan surealisme kental yang susah dicerna. Cukup mengejutkan telinga saya, namun justru membuat saya kagum.

"Mencerminkan Mani Malaikat" yang tidak lain adalah sekuel dari track sebelumnya yg lebih menjelaskan dengan detail apa itu "Mani Malaikat" jika bisa dilukiskan ke dalam strukur tangga nada dan musik. Bukan hanya seni tetapi juga mani apalagi mani malaikat yg membuat telinga saya cukup terhibur dibuatnya. Dan itulah ritual yang harus dihadapi yang mencerminkan mani malaikat. Epic, sebagai track avant-garde.

Lanjut ke "Nama Bersembunyi" maka irama nge-beat mulai terdengar lagi yang tetap dipadu free-jazz nyeleneh seperti track "Kedalaman Air". Beat akan semakin menjadi jadi di track selanjutnya yaitu "Mahkota Kotor" dengan lirik yang cukup apik serta suara vokal Arrington. Dan beat akan semakin menggila di track selajutnya yaitu "Mencerminkan Mahkota Kotor". Dan ini adalah versi musikalitas tanpa vokal dengan bumbu seni avant-garde yang cukup kental sekali, track ini yang membuat saya merinding sekaligus takjub sambil berujar, JENIUS!

Ritual yang harus dihadapi selanjutnya adalah trilogi lagu "Rasa Sentuh" didalam "Ruang dan Waktu" yang "Tak Terbatas", disini memperjelas eksistensi siapa itu Arrington de Dionyso dengan Malaikat dan Singanya. Lalu "Cahaya Bahaya" datang menghentak dengan nuansa yang lebih nge-rock, meski dengan sentuhan avant-garde yang kental. Akhirnya kemudian menjadi lembut, dan ritual terakhir di depan Malaikat dan Singa akan segera berakhir. Arrington mengajak saya ikut ritual bersama di dalam klimaks dengan "Tenaga Halusinasi" yang cukup kuat, eargasm tiada tara ketika masuk dalam dunia sureal yang dibawakan Arrington selama dua belas menit. Dan itu adalah penutupan yang sangat tepat yang melukiskan bahwa Malaikat dan Singa akan pergi dari hadapan saya. Dan meninggalkan mani yang sudah tercecer akibat eargasm yang terjadi sebelumnya.

Well, album Malaikat dan Singa karya Arrington de Dionyso adalah sebuah album dengan cita rasa seni sureal yang tinggi. Dan seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, album ini tidak cocok untuk pendengar awam karena terdengar aneh bahkan menjadi sampah. Namun bagi penikmat segala bunyi-bunyian dan ekperimental dalam bermusik serta musik sebagai cita rasa seni, maka Malaikat dan Singa ini menjadi satu album yang bagus buat anda.

Artist
Arrington de Dionyso

Album
Malaikat dan Singa

Rilis
2009

Genre
Experimental, Avant-Garde, Free Jazz

Rating