Sunday, December 27, 2009

love stories of humanity - catatan 25 desember 2009

………………..?
…………………*………………...
?...…………**…………..?
..**……….*….*……..**
….*..*…..*…..*….*..*
……*…..*……….*.....*
……************……….
……..*..lovel…*
…..*..lovelovelo…*
…*..lovelovelove….*
..*.lovelovelovelove*…………….*….*
.*..lovelovelovelovelo…*………*..lovel….*
*..lovelovelovelovelove…*….*…lovelovelo.*
*.. lovelovelovelovelove…*….*…lovelovelo.*
.*..lovelovelovelovelove…*..*…lovelovelo…*
..*… lovelovelovelovelove..*lovelovelo…*
…*….lovelovelolovelovelovelovelovelo…* ... stories of Humanity
..*….lovelovelovelovelovelovelov…*
……..*….lovelovelovelovelovelo…*
………..*….lovelovelovelove…*
……………*…lovelovelo….*
………………*..lovelo…*
…………………*…..*
………………….*..*


Ini cerita pada tanggal 25 Desember 2009, 30 menit sebelum saya berangkat ke Gereja. Ternyata begitu hendak berangkat, tiba tiba datang tamu yang tidak disangka-sangka. Ternyata yang datang pagi itu adalah saudara angkat dari kakek saya. Yah, saudara angkat dan mereka berbeda keyakinan. Ceritanya jauh di masa lalu, sebelum saya lahir dan sebelum orang tua saya menikah. Dari cerita yang pernah saya dengar, mereka mengangkat saudara karena hutang budi yang tidak bisa terbayar dengan apa-apa.

Begini kisahnya menurut apa yang saya dengar dari ayah saya yg saat itu masih SMP sekitar tahun 60'an. Dulu rumah kakek berada di dekat pantai, dan pada saat itu sangat ramai sekali karena memang bertepatan dengan hari liburan lebaran. Jadi daerah pantai di sana lumayan rame, dan banyak sekali orang datang untuk mengisi waktu liburan di sana. Dan menjelang sore ada dimana orang orang sudah mulai meninggalkan daerah pantai, kakek saya melihat di kejauhan seperti ada orang tenggelam tetapi saat itu disana tidak ada orang sama sekali. Lalu ia mencoba menolong orang yg tenggelam itu, dan tidak disangka ternyata masih anak-anak. Dengan keadaan darurat lalu dibawa kerumah, dan juga di tolong sama nenek saya. Setelah melakukan pertolongan, akhirnya ia pulih kembali meskipun masih belum pulih seratus persen. Kakek sangat bersyukur, karena si anak tersebut masih hidup dan mulai pulih. Setelah bisa berbicara, ia mengatakan bahwa namanya Asnan.

Ternyata Asnan ketinggalan rombongan dari para pelancong yang datang tadi, yang satu mengira si Asnan sudah berada di angkutan pertama sedangkan satunya mengira si Asnan berada di angkutan kedua. Dan sama sekali tidak menyadari kalau tertinggal di sana, sedangkan Asnan berjuang hidup karena epilepsi dia kumat sewaktu ia berada di atas air dan itu luput dari perhatian.

Beberapa jam kemudian, setelah sadar bahwa si Asnan tidak ada dalam rombongan. Keluarganya panik. Si ayah berinisiatif mencarinya malam itu juga, dan tempat yang dituju cuma satu yaitu pantai. Dan ia yakin bahwa anaknya ada disana. Tetapi itu bukan hal yang mudah, karena ia berada di daerah gunung yg jaraknya puluhan kilometer dari pantai. Dan jaman itu masih belom ada sepeda motor, atau kendaraan bermotor lainnya. Sedangkan angkutan tadi, sudah tidak ada lagi. Jadi dengan susah payah mengayuh sepeda onthel sambil menerobos kegelapan malam, si ayah mencoba untuk ke pantai malam itu juga.

Mendekati tengah malam, pintu rumah diketuk. Ada seorang lelaki yang tersengal-sengal dengan peluh memenuhi tubuh memperkenalkan diri bahwa ia bernama Temu dan bertanya kepada kakek saya, apa ada anak kecil tertinggal dengan ciri ciri seperti yang diceritakan. Ternyata ada, dan anak itu sedang tertidur di kamar. Lantas ia menangis, melihat anaknya selamat. Kakek saya menceritakan, bahwa ia tadi menemukan anak itu tenggelam dan menolongnya karena saat itu tidak ada orang disana. Pak Temu juga bercerita, bahwa si anak memiliki penyakit epilepsi. Dan mungkin itu yg menyebabkan si anak tenggelam dan itu tidak disadari. Karena malam begitu larut, Kakek mempersilahkan Pak Temu beristirahat juga bersama Asnan di kamar.

Sejak saat itu hubungan Kakek dan Pak Temu bagaikan saudara kandung, kakek menganggap Asnan sebagai anaknya sendiri sedangkan ayah saya juga dianggap anak sama Pak Temu. Hal itu berlangsung lama sampai ada kejadian yg memisahkan mereka dan bertemu setelah 40 tahun kemudian.

Kira kira sekitar tahun 2000, ketika ayah saya sering melewati daerah gunung karena ada urusan bisnis. Mencoba iseng bertanya kepada seseorang disana ketika melewati daerah itu, apakah ada yang bernama Temu. Setelah lama mencari ternyata ketemu rumah Pak Temu. Perkenalan awal begitu membingungkan sampai ketika ia memberitahukan bahwa ia anak Kakek saya. Itu pertemuan kembali yg sangat lama waktunya, terakhir bertemu masih kecil sekarang ayah saya sudah cukup berumur. Dan ketika bercerita tentang Asnan, Pak Temu bercerita bahwa Asnan sudah meninggal dunia karena tersengat listrik dan Asnan cukup disegani disana karena ia penabuh gendang yang cukup piawai.

Ketika sampai rumah, ayah bercerita pada kakek bahwa ia bertemu Pak Temu. Kakek langsung sumringah begitu mendengar saudara angkatnya masih hidup setelah tidak bertemu sekian lama. Namun ketika bercerita bahwa Asnan meninggal, kakek langsung menjadi sedih. Karena sampai saat itu, ia masih menyayangi Asnan.

Setelah perjumpaan itu hubungan kembali menjadi erat. Ketika hari raya Idul Fitri tiba, saya sekeluarga mengunjungi mereka sambil membawa makanan untuk disantap bersama. Begitu juga seperti pagi tadi ketika Pak Temu beserta istri dan cucu ke rumah sambil membawa makanan serta menyampaikan selamat Natal kepada saya serta sekeluarga.

Namun saat itu kami harus berangkat ke gereja, dan mereka menunggu di rumah beserta kakek saya kurang fit sampai kami pulang dari Ibadah Natal dan santap makanan bersama.

Oh ya, kakek saya berumur 89 tahun dan Pak Temu 76 tahun.

Selamat Natal, dan damai sejahtera bagimu selalu

No comments:

Post a Comment